Kemana dan Siapa Pimpinan kita?

Oleh: M Saiful Hadi

Tangkup kepemimpinan pada salah satu organisasi pergerakan yang saya ikuti yaitu IMM cabang Djazman Al-Kindi Yogyakarta sudah semakin dekat pelaksanaannya, yaitu akan dilaksanakan pada awal  bulan September 2017, sayapun saat menulis tulisan ini belum tau dimana musycab itu akan dilaksanakan. Beberapa perbincangan terkait dengan pelaksanaan musycab sudah mulai ramai. Beberapa teman teman sudah menurunkan opini, baik melalui lisan ataupun tulisan.

 

Selain itu kepanitiaan juga sudah dibentuk, sebagai pelaksananya. Selain itu, para pimpinan di tingkat cabang, mereka  sudah melalukan pembicaraan terkait dengan kegiatan besar itu.  Sosialisasi tentang pelaksanaan musycab,  sudah dilakukan di mana-mana.

 

Demikian pula  pembicaraan tentang siapa yang akan ditampilkan menjadi piimpinan cabang ke depan, baik pada tingkatan komisariat, koorkom dan individu bahkan kelompok-kelompok tertentu sudah terdengar. Sudah pasti, dalam organisasi  yang memiliki anggota dan simpatisan  hingga  juta orang, posisi pimpinan akan menjadi sesuatu yang dipandang amat penting untuk dibicarakan secara saksama. Banyak pimpinan yang memiliki keinginan  terkait dengan siapa  yang dianggap tepat memimpin organisasi yang semakin ke depan semakin maju ini.

 

Memang rupanya tidak terlalu mudah untuk menentukan siapa sebenarnya  orang yang dianggap cocok untuk memimpin organisasi yang memiliki banyak potensi sebagai salah satu ortom dari Muhammadiyah organisasi islam terbesar di Indonesia selain NU. Mungkin saja, orang mengira bahwa, organisasi yang di dalamnya terdapat banyak cendekiawan ini  tidak terlalu sulit dalam menentukan pimpinannya. Dalam dunia kyai, seseorang tidak boleh mencalonkan diri sebagai pemimpin. Jika hal itu dilakukan, khawatir disebut sebagai kurang mampu menjaga  tata krama kepemimpinan.

 

Pembicaraan yang berkembang terkait dengan pemilihan pimpinan cabang IMM pada muscab mendatang adalah menunjuk formatur yang disebut dengan ahlul halli  wal aqdi yang berjumlah 13 orang. Masing-masing pihak yang  memiliki pandangan berbeda itu saling mencari legitimasi atau alasan yang sekiranya dianggap kuat  dan bisa diterima.

 

Setiap organisasi,  pasti memiliki keinginan untuk menjadi semakin maju.  Oleh karena zaman ini selalu berubah, dan   ternyata perubahan itu semakin cepat, maka  organisasi ini ke depan pasti akan mendapatkan tantangan  baru yang bisa jadi bentuknya berbeda dari sebelumnya.  Semua akibat dan arah perubahan, baik terkait dengan politik, ekonomi, pendidikan, social, budaya, ilmu pengetahuan dan juga teknologi seharusnya berhasil dibaca secara cermat. Kemampuan membaca itu merupakan keharusan bagi pemimpin apapun, tidak terkecuali pemimpin ke depan.

 

Memperhatikan kenyataan itu, tidak lagi sebatas mengurus para anggotanya saja, tetapi sudah sangat kompleks. Bermacam-macam masalah politik, ekonomi, Pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan juga teknologi dan sekian banyak permasalahan masa depan yang belum kita ketahui itu pasti memerlukan figur atau sosok kepemimpinan tersendiri, dan berada   pada  perubahan yang semakin cepat, tetapi juga oleh karena IMM cabang Djazman Al-Kindi  dituntut untuk membawa tangkup kepemimpinan dan umat menjadi  semakin maju tanpa kehilangan jati dirinya.

 

Tampak sekali bahwa sebenarnya IMM telah menyadari atas terjadinya perubahan yang  tidak pernah henti, dan  terjadi  dari waktu ke waktu.  Untuk mengantisipasi perubahan itu, IMM telah memiliki jawaban atas perubahan itu. Jawaban atas perubahan ini masih perlu dirumuskan lagi  secara tepat. Oleh  karena itu, menjelang muscab seperti sekarang ini, hal yang perlu dipikirkan  bersama di saat berada pada perubahan yang semakin cepat seperti sekarang ini adalah,  tidak saja menjawab IMM cabang Djazman Al-Kindi akan dipimpin oleh siapa, tetapi  yang tidak kurang pentingnya lagi adalah IMM cabang Djazman Al-Kindi ke depan akan dipimpin ke mana.