oleh : Raifa Tryas Shara (Sekbid Kader )
IMM.. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sebuah nama yang sudah tidak asing karena bahkan sejak kelahirannya pun sudah dipersoalkan. Ialah yang mendeklarasikan diri pemilik moral yang anggun dan intelektual yang unggul dengan merah sebagai warna ketangguhan.
Kok IMM sih? Kenapa harus IMM? Hasil kerja apa yang telah dilakukan IMM? Pertanyaan-pertanyaan klise yang muncul dari berbagai persepsi sedikit membuat gerah baju merah yang melekat di tubuh. Pasalnya sudah sejauh mana yang mengajukan pertanyaan itu mengerti tentang IMM itu sendiri? Yang sempat menghujat kinerja IMM seharusnya Ia berani terjun di sini dan merasakan bertapa rumitnya kalkulasi pembagian porsi saat harus menjadi sebuah organisasi perkaderan sekaligus organisasi pergerakan dengan tiga pijakan yang harus mendapatkan keseimbangan komparasi antara urusan vertikal menujuNya, horizontal ke lingkar manusia, juga universal pengetahuan.
Jika ada yang bertanya “kok IMM merah seperti warna bendera partai politik?”. Yang bertanya seperti itu sebaiknya diajak berdialog tentang filsafat warna yaitu merah yang diidentikkan dengan sifat yang pemberani, pantang menyerah, dan sungguh-sungguh, ajak pula Ia mengenang sedikit sejarah bahwa merah IMM di zaman dulu adalah sebagai jawaban atas PKI dan CGMI yang juga memiliki warna merah dan IMM ingin menunjukkan bahwa dengan warna merah tidak identik dengan kekejaman dan komunis.
Jika masih ada yang bertanya lagi “Mengapa harus IMM?”, ajaklah Ia untuk sedikit mengenakan seragam merah dan berilah beberapa waktu untunya dapat merasakan hal-hal yang mungkin tak diajarkan di sekolah ataupun bimbingan skripsi.
Dan jika masih ada yang terus bertanya “Kok IMM sih? Mengapa harus IMM?”. Jawablah saja “Kok kamu kepo sih tanya-tanya soal IMM, jangan-jangan jiwamu memang jiwa IMM yang masih terpendam”…