Pelopor Kelahiran Sang Penilik Negeri

Oleh : Raifa Triyas Shara

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat Islam yang selalu berusaha membimbing laju bangsa Indonesia menuju kiblat yang semestinya, yakni berkehidupan sesuai Undang-Undang Dasar 1945. Muhammadiyah sejak didirikan pada 1912 oleh Ahmad Dahlan, dinilai beberapa kalangan konsisten membela kaum lemah, yakni dengan mengembangkan pendidikan, panti asuhan, dan pelayanan kesehatan. Gerakan Muhammadiyah ini kemudian menjadi gerakan yang bersifat nonpolitik tetapi tidak anti-politik. Gerakan ini disebut Jihad Konstitusi yaitu “Sebuah gerakan untuk meluruskan kiblat bangsa. Karena kami menyimpulkan, telah terjadi penyimpangan dari cita-cita nasional, yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Khususnya, sejak era Reformasi,” Ujar Prof. Dr. KH. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA (Sumber: Republika)

 

Dalam mengaplikasikan gerakannya, Muhammadiyah tidak bisa hanya berdiri sendiri untuk memperbaiki kiblat bangsa yang mulai pudar kejelasannya. Salah satu hal yang sangat berpengaruh tentang kondisi bangsa itu sendiri adalah para pemuda bangsa. Oleh sebab itu, Muhammadiyah memiliki wadah untuk menanamkan pribadi-pribadi pemuda dalam sebuah organisasi yang bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.  Kader merupakan pemuda bangsa yang memiliki pengaruh besar bagi kemajuan bangsanya atau justru kehancuran bangsa itu sendiri. Sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan bagi para kader agar memiliki kesadaran untuk membangun dan memajukan tanah kelahirannya, sebab apabila pemahaman akan hal itu tidak dimiliki, maka para kader seperti kehilangan jati diri dan pribadinya sebagai penerus kehidupan ibu pertiwi.

Kaderisasi merupakan proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader atau dengan kata lain proses pembentukan anggota dalam suatu organisasi. Kaderisasi dilakukan mulai tahap perkenalan hingga menjadi anggota. Oleh karena itu, sistem perkaderan yang intensif sangatlah dibutuhkan untuk menanamkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk memimpin bangsa bagi para kader seperti pribadi yang religius, intelek, dan humanitas. Pada tahap awal, penanaman pemahaman mengenai keagamaan kepada kader sangatlah penting, terutama mengenai Aqidah dan Islam yang sebenar-benarnya tanpa campur tangan adat dan tradisi sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah. Pemahaman tentang keagamaan merupakan hal yang paling fundamental, sebab di dalam agama telah berisi hal-hal yang berkaitan dengan intelektualitas dan humanitas. Di dalam agama, kita akan menemukan pembelajaran mengenai pentingnya ilmu dan betapa mulianya seseorang yang berilmu, hal tersebut merupakan landasan dari karakter intelek. Di dalam agama juga, kita menemukan pembelajaran menganai sifat manusia yang baik yaitu manusia yang berguna bagi sesamanya, dari hal tersebut kita dapat mengaplikasikan karakter humanitas yang peduli terhadap lingkungan sekitar.

Perkaderan harus dilakukan sesegera mungkin dan sebaik mungkin, sebab proses pembentukan kader yang harus memiliki tiga karakter tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang. Memodifikasi sistem perkaderan sepertinya perlu dilakukan untuk menanamkan karakter tersebut, sehingga di dalam proses perkaderan tidak hanya terdapat doktrin-doktrin pembelajaran yang mewajibkan para kader untuk dapat menguasai hal-hal tertentu, tetapi berisi mengenai pertukaran pikiran dan membahas bersama suatu hal yang lebih menekankan pada pemikiran kritis kader.

Kita berharap dengan karakter-karakter yang telah dimiliki, para kader dapat menjadi agent of change yang sebenarnya untuk melihat kembali perkembangan negeri ini serta jalanan alur pemerintahan yang kadang terjadi ketidaktransparan. Kader-kader yang telah matang dan memiliki pengetahuan tentang religiusitas, intelektualitas, dan humanitas memiliki sedikit kemungkinan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai norma yang berlaku, sebab mereka memiliki pribadi yang sangat menjunjung tinggi attitude. Mereka akan tergerak melihat kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di pemerintahan dan kehidupan masyarakat, namun mereka tidak hanya banyak bicara, tetapi memikirkan solusi-solusi dan melakukan aksi nyata untuk mengatasinya sebab pribadi humanitas mereka tergerak melihat kejanggalan sosial.

Kader-kader yang telah menanamkan tiga karakter tersebut tepat di dalam hatinya akan tetap terbawa hingga mereka selesai mengenyam pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi. Mereka akan memiliki profesi yang berbeda, misalkan petinggi negara, wirausaha, pengamat politik, dan lain sebagainya. Kader-kader tersebut akan tetap mengawasi perkembangan negeri ini dan bersiap mengemas sebuah altenatif apabila terjadi hal-hal yang tidak sebenarnya dan berusha keras untuk meluruskan hal-hal menyimpang melalui ormas Islam Muhammadiyah.

Penanaman karakter religius, intelek, dan humanitas sangatlah penting dilakukan kepada para kader agar memiliki kesiapan fisik maupun jiwa untuk menjadi pengontrol sekaligus perubah tatanan negeri yang menyimpang.