Aku kalah di hukum III Newton

Aku tanpa kesengajaanku bertemu denganmu tepat di matahari yang nyaris tumbang di kaki langit. Tidak ada yang membuat matahari serasa berwarna merah muda, tetap biasa dengan keteduhan oranye jingga yang sedikit membuat detak kagumku bergemuruh.

Lagi, bukan karena kesengajaan hanya saja lebih terprogram. Kau bertemu aku dan senja masih saja tak berbeda warna. Letaknya masih sama di pelupuk langit barat juga dengan gemuruh kekaguman yang sama eloknya.

Waktu bergerak seraya gerak lurus berturan dengan kecepatan konstan. Namun hari bergilir layaknya kecepatan cahaya. Rotasi bumi ini ciptakan relativitas pada jarak . Nampak di hampar Barat senja telah mendispersikan warna dirinya.

Masih bukan kesengajaan, hanya ada partikel tambahan dan senja murni dalam gradasi warna yang berlainan. Seperti ada residu yang menyeka antara kau dan aku. Layaknya Hukum III Newton di mana aksi=reaksi. Sepertinya kau tengah memberi aksi namun aku tak bereaksi sedikit pun dan jarak kita memanjang layaknya orbit telah mengintai matahari. Lalu, aku mencoba  sedikit pada aksi justru kau tak beraksi apa pun, atau mungkin katalis yang digunakan sama sekali tak bekerja atau bahkan mengalami denaturasi layaknya enzim.

Parahnya aku tidak mengerti itu aksi atau sebuah lelucon pucat pasi. Sehingga tak jua paham harus bereaksi atau sekedar membuat kelakar atas diri. Jika kumulai dalam aksi hanya saja sedikit keluh bila hasil tak juga bereaksi. Aksi dan reaksi, siapa yang seharusnya aksi dan memberi reaksi?  Semakin aku beraksi aku harus menggunakan gayaku, dan nyatanya terasa seperti tertekan karena tekanan memang berbanding lurus dengan gaya. Jadi siapa yang lebih dulu melakukan aksi? Kau atau aku atau tidak kedua kita?

Sebaiknya tak terlalu berpikir rumit soal siapa yang lebih dulu menaruh aksi dan siapa yang lebih acuh untuk tidak bereaksi. Telah ada juri yang tahu apakah Hukum III Newton telah terjadi di antara kita atau hanya sebuah ilusi dari diri pribadi dan lahir sebagai pemikiran yang sedikit menggurui. Sepantasnya coba serahkan kepada Juri Yang Maha Adil dalam setiap urusan, Dialah yang patut menentukan. Kau dan aku hanya perlu mengkalkulasi pribadi masing-masing tanpa harus mengonversi satuan salah satu di antara kita.

Jika sudah terlahir waktu yang tepat, tak lagi membutuhkan Hukum III Newton, Hukum Kekekalan Energi, atau bahkan Hukum Kelembaman.  Sebab kita telah bertemu  pada saat yang lebih indah dengan pancaran senja yang sedikit merah muda dan gemuruh di jiwa tentang kekagumannya dalam senyuman. Untuk saat ini, biarlah Hukum I Newton yang berkuasa, saat suatu benda akan tetap dalam keadaan diam jika tidak ada gaya yang bekerja, dan kau jangan sekali-kali memberikan gaya padaku dan juga sebaliknya~