Menyambut Mahasiswa Baru

Oleh : M Saiful Hadi

 Ketika mereka bertanya kepadamu tentang semangat? Jawablah bahwa bara itu masih tersemat dalam dadamu, bahwa api itu masih bersemayam dalam dirimu, bahwa matahari itu masih terbit dari hatimu, bahwa letupan itu siap meledak dalam duniamu. Katakan itu pada mereka, orang-orang yang ragu akan kemampuanmu, buktikan bahwa raksasa itu adalah dirimu. Kaulah pemuda pewaris negeri, pewaris peradaban.

 

Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda bisa merubah dunia. (Ir. Soekarno) Pemuda sebagai tonggak kemajuan sebuah bangsa. Mahasiswa sebagai Pemuda yang seutuhnya adalah agent of change, agen perubahan yang menentukan ke arah mana Bangsa itu akan dibawa. Sebagai mahasiswa kita harus memberikan yang terbaik untuk Bangsa Indonesia tercinta. Marilah Merubah bangsa kita! Mulailah dari diri kita sendiri, mulailah dari hal yang kecil, dan mulailah sekarang juga.1

 

Menyaksikan anak-anak muda yang sedang bergembira dan tampak bersyukur oleh karena statusnya yang baru, yaitu sebagai mahasiswa perguruan tinggi Islam. Pasti mereka menyadari bahwa tidak semua generasi seusianya berhasil meraih status itu. Ketika mahasiswa baru memilih kuliah di perguruan tinggi Islam ini memang sesuai dengan cita-citanya, yaitu agar kelak menjadi sarjana yang tidak saja menguasai disiplin ilmu pilihannya, tetapi juga memahami agamanya yang bersumber dari al Qur’an dan Hadits. Atas kemampuannya itu, menjadikan mereka pantas disebut sebagai seorang ulama dan sekaligus cendekawan, dan atau  cendekiawan yang memilik wawasan seperti ulama.

 

Namun disadari bahwa kualitas hasil pendidikan tidak saja bisa dibentuk atau ditentukan oleh sarana dan prasarana, tenaga dosen, dan perangkat lainnya, melainkan yang justru lebih penting lagi adalah oleh faktor mahasiswa yang bersangkutan. Seperti apapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, kualitas para dosen yang sehari-hari membimbing, dan keberadaan berbagai pendukung lainnya, manakala mahasiswanya tidak bersemangat, tidak menyandang jiwa pemenang dan sukses di masa depan, maka semua yang tersedia itu tidak akan banyak maknanya. Yakinilah bahwa, kesuksesan itu selalu bergantung pada kesungguhan usaha masing-masing orang. Jika mahasiswanya yang belajar di kampus ini hanya sebatas berorientasi mengejar aspek formalnya, misalnya agar lulus ujian, mendapatkan ijazah dan gelar, maka yang diperoleh juga hanya sebatas yang dikehendakinya itu, tidak lebih dan tidak kurang.

 

Pada saat awal menjadi mahasiswa baru seperti sekarang ini, sudah barang tentu, semuanya pasti telah memiliki semangat, etos, cita-cita, dan jiwa pemenang masa depan. Tanpa diberi motivasi dan arahan, sebenarnya tekat itu sudah ada di dalam hati mereka masing-masing. Mereka sudah membayangkan, bahwa tiga atau empat tahun ke depan, dirinya akan berubah status lagi, yaitu menjadi seorang sarjana sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Di dalam hati mereka juga sudah terbayang, bahwa alangkah bahagianya kedua orang tua dan saudara-saudaranya, ketika kelak dinyatakan lulus dari kampus Islam ini. Kegembiraan dan kebanggaan juga akan dirasakan oleh para keluarganya, guru-guru yang selama itu telah mengasuhnya, dan juga tidak terkecuali oleh Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu sendiri. Bagi kampus ini, mahasiswa baru, selalu dipandang bagaikan bibit tanaman. Siapapun yang menanam pasti berkeinginan agar bibit dimaksud tumbuh subur dan kelak bermanfaat bagi kehidupan dan atau banyak orang.

 

Menjadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta diakui bahwa bebannya memang lebih dibanding dari mahasiswa perguruan tinggi lain pada umumnya. Identitas Islam yang disandangnya bukan sekedar nama atau pembeda dari nama yang lain, tetapi nama itu mengandung pesan mendalam. Identitas Islam diterjemahkan sebagai gambaran tentang ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kampus ini. Kampus yang menggunakan motto “Moral Intelektual dan Integritas”, serta visinya “Menjadi perguruan tinggi yang diakui secara internasional, dan dijiwai nilai-nilai Islam. Berbicara tentang integritas berarti berbicara tentang konsistensi antara dua hal, yaitu pikiran dan tindakan, dalam bentuk pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan melibatkan proses penalaran yang di dalamnya mengolaborasi kesadaran moral dan kemampuan moral kognitif seseorang yang pada akhirnya diwujudkan di dalam proses tindakan sebagai bentuk implementasi keputusan yang diambil. Integritas harus dimaknai sebagai loyalitas kepada prinsip dan nilai moral universal, dan bukan kepada prinsip dan nilai moral yang dipegang pada taraf individu, organisasi, ataupun masyarakat.

 

Sumber ilmu bukan saja hasil observasi, eksperimentasi dan penalaran logis belaka, sebagaimana yang kenyataan pada umumnya, tetapi juga harus berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya secara bersama-sama dipandang sebagai sumber ilmu yang seharusnya dikaji secara luas dan mendalam. Itulah sebabnya, mahasiswa perguruan tinggi Islam ini disebut bahwa, bebannya lebih berat. Mereka dituntut memahami al Qur’an dan Hadits.

 

Oleh karena itu yang diperlukan bagi mahasiswa hari ini dan selanjutnya adalah merawat semangat yang sudah tumbuh tersebut. Sedangkan cara terbaik untuk merawatnya adalah melalui tradisi, kultur, dan atau budaya. Bagi siapapun yang ingin sukses maka harus mampu membangun budaya sukses. Demikian pula, mahasiswa menjadi sukses, yaitu sebagai seorang cendekiawan, maka hanya akan berhasil diraih melalui budaya yang sesuai dengan ciri khasnya. Manusia menciptakan kebudayaan dengan segala unsurnya (ilmu, teknologi, seni, dan sebagainya) agar mampu mengelola alam itu dengan sebaik-baiknya. Tersirat dari firman Allah (Q.S. Hud. 61), “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya”. Artinya manusia berfungsi sebagai pemimpin atau penguasa, sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Maka semangat yang terbangun pada hari ini, akan membuahkan hasil maksimal karena hasil tidak akan pernah menghianati sebuah usaha.

Sumber :

  1. Bedenai Info. (2014, 03 November)Orasi BEM. Diperoleh 29 Juli 2017, dari : https://bedenai.blogspot.co.id/2014/11/kata-sambutan-ketua-bem-penyambutan.html