Video dan lirik yel yel Masta UAD 2017

Video dapat dilihat di link berikut

https://www.youtube.com/watch?v=IBgwhyndRn0&feature=youtu.be

Berikut lirik yel yel masta uad 2017:

Yel yel
1. Jargon- Masta UAD 2017

“membumikan dakwah Indonesia harmoni”..

2. “Pagi masta”
Intro: “pagi Masta”..
Pagi-pagi kita ikuti Masta.
Hati senang semangat bergelora.
Masta UAD akan selalu berjaya.
Lelah letih tiada terasa.
Masta Uad 2017
“Membumikan dakwah, Indonesia harmoni”

3. “Hari Masta” (nada doraemon)
Intro: “ada apa hari ini? Jawab : ada Masta”.
Di Masta ini merupakan tempat ta’aruf yang asyik.
IMM HW TS
Memang ortom yang paling super.
Kubangun subuh mata ngantuk tetap semangat ke kampus.
Oh senangnya aku senang sekali..
Jargon -Masta Uad 2017
Membumikan dakwah Indonesia harmoni

4. Salam Masta jaya
Dengan iman dan taqwa saya menjadi kuat
tanpa iman dan taqwa saya menjadi lemah.
Billahi fii sabilillhaq
Salam fastabiqul Khairaat.
Masta 2017 : jaya jaya jaya..

 

Contact:

email: immftiuad64@gmail.com

intagram : immftiuad

Peraturan Atribut dan Barang Bawaan Mahasiswa Baru Masta UAD 2017

ATRIBUT  MAHASISWA BARU :

  • Laki-laki menggunakan Kemeja putih, celana hitam kain, jas alma dan peci hitam.
  • Perempuan menggunakan kemeja putih panjang, rok hitam kain (bukan shifon), jas alma dan jilbab merah maroon wajib diurai kebawah dan double jika menggunakan paris (tidak boleh terawang)
  • Membuat Cocard peserta
  • Menggunakan tas atribut fakultas
  • Menggunakan sepatu dan kaos kaki yang sudah di tentukan fakultas.

BARANG BAWAAN MABA

  • Mahasiswa baru Wajib membawa buku panduan p2k
  • Membawa uang sebesar Rp.1000 untuk dana hibah lazismu
  • Membawa alat shalat (mukena, sajadah)
  • Wajib membawa air mineral secukupnya, roti kasur dan membawa makanan seperlunya
  • Uang cadangan maba tidak boleh membawa lebih dari 20 ribu
  • Menuliskan tugas dengan meresume (tulis tangan) 1 halaman folio (3 tokoh Muhammadiyah beserta fotonya diprint) dan 1 halaman folio dengan meresume (tulis tangan) sejarah 3 ortom (IMM, HW dan TS) dari buku panduan p2k

DESAIN COCARD MASTA 2017 DAPAT DIUNDUH DI LINK DIBAWAH INI:

https://drive.google.com/file/d/0Byj3EtNET_webThBR0ZNalM0UFk/view

 

Contact:

email: immftiuad64@gmail.com

intagram : immftiuad

Kompetisi Bukan Untuk Judi

Oleh : M Saiful Hadi

 Sejatinya, kompetisi adalah ajang untuk mengembangkan potensi, bukan sekedar ajang pencarian pemenang. Tapi, mungkin ada beberapa diantara kita yang justru ikut lomba karena terobsesi untuk menjadi juara. Parahnya lagi, kita selalu melukis impian bahwa pastilah kita yang terbaik. Terlalu percaya diri kah? Mungkin.

Sah-sah saja kita berangan-angan, namun alangkah baiknya jika kita tidak terlalu berlebihan. Segala hal yang kita lalukan, akan menjadi efektif jika sesuai dengan porsinya. Tentu kita sadar dengan potensi diri masing-masing, namun kriteria yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.

Mungkin kita pernah mengabaikan nasehat ataupun pendapat dari orang lain, dengan alasan mereka belum tentu bisa melakulan sesuatu yang sedang kita lakukan. Kembali pada hukum hidup bermasyarakat, bahwa apa yang kita lakukan, pastilah orang lain yang akan menilainya. Jelas, kita tidak bisa menilai kekurangan maupun kelebihan diri kita sendiri. Pasti selalu ada simbiosis, hubungan timbal balik sesama makhluk.

Ketika orang lain melihat kelebihan kita, sudah sewajarnya mereka memuji. Kita pun menyambutnya dengan ucapan terima kasih dan di iringi syukur kepada Sang Pencipta. Lalu, ketika orang lain melihat kekurangan dalam diri kita, timbullah kritik yang kita tuai dari mereka. Lantas apa yang kita lakukan? Mengumpat dalam hati, menangis, dan mengeluh kepada Tuhan? Tidak, jelas hal tersebut tidak boleh!

Ketika kita mengikuti sebuah ajang perlombaan, selalu ada 2 konsekuensi yang harus kita hadapi. Menang atau kalah. Jika kita mendapat anugerah sebagai pemenang, hendaknya janganlah terlalu berbangga diri dan menganggap yang lain lebih buruk dari kita. Sebaliknya, jika kita menjadi si kalah, maka tak perlu putus asa dan marah-marah. Ambil saja hikmahnya, bahwa kita masih harus banyak belajar dan berlatih lagi.

Selain itu dalam berkompetisi, hal yang sangat penting apabila mengikuti kompetisi yakni untuk menguji mental. Bagaimana persiapan mental saat menghadapi lomba, bagaimana persiapan mental saat lomba, dan bagaimana persiapan mental saat menerima hasil lomba. Hal itulah yang akan meningkatkan kualitas diri di kemudian hari. Dengan demikian hal itu merupakan pengalaman yang dapat memberi warna dalam sejarah kehidupan, dan itu bisa diyakini akan sangat berarti dan tidak akan bisa dibeli dengan apapun moment seperti itu.

Mengembangkan minat dan bakat bertujuan agar seseorang belajar atau dikemudian hari bisa bekerja di bidang yang diminatinya dan sesuai dengan kemampuan serta minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias. Pengertian Bakat  adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.

Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni Dan Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi seseorang tidak mengetahui dan tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang latent.

Jadi sudah jelas sekali bahwa orang-orang yang mengatakan sebuah kompetisi itu judi berarti orang tersebut tidak pernah membuka penalaran, tidak mau belajar dan terus belajar dalam menyikapi sesuatu dan tidak pernah menghargai atau mengapresiasi seseorang dalam ikut kompetisi maupun mengadakan kompetisi.

Mudik

Oleh: Muhammad Saiful Hadi

Mudik  sudah menjadi kebiasaan yang tidak mudah ditinggalkan oleh orang kota yang kebetulan memiliki sanak saudara di pedesaan.  Dirasakan aneh jika seseorang pada idul fitri tidak mudik sebagaimana yang dilakukan orang pada umumnya.  Oleh karena itu, pertanyaan yang selalu muncul  setiap menjelang lebaran adalah kapan mudik, dan bukan mudik atau tidak. Mudik dianggap sebagai kepastian sehingga tidak perlu ditanyakan lagi. Bertemu sanak keluarga di pedesaan tempat kelahirannya adalah merupakan keharusan dan tidak cukup sekedar  diwakilkan.

 

Tentu banyak hal yang diperoleh dari kegiatan mudik. Di antaranya, tali sillaturahiim dapat dengan sendirinya  terpelihara. Paling tidak setahun sekali, orang yang telah lama meninggalkan kampung halamannya, karena bekerja di kota atau di tempat lain, pada saat hari raya itu mereka akan bisa ketemu. Demikian pula rasa bangga dari prestasi yang diraih, kerinduan, berbagi informasi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah akan terjadi proses belajar kembali tentang  kehidupan bermasyarakat pedesaan.

 

Orang  selalu beradaptasi dengan masyarakat baru di mana ia bertempat tinggal. Itulah sebabnya, setelah sekian lama meninggalkan desanya dan kemudian kembali  maka perilaku  seseorang disebut telah berubah. Cara berbicaranya menjadi berubah, berpikirnya berubah, dan bahkan cara bergaulnya, misalnya memperlakukan orang tuanya, tetangganya, dan teman-temannya  lama, semua menjadi berubah.  Perubahan itu misalnya, semula ia sedemikian peduli, mau menegur kepada siapa saja yang ditemui, dan lain-lain, namun setelah beberapa lama berada di kota, ternyata cara bergaul itu menjadi berbeda.

 

Setelah sekian lama menjadi orang kota, maka  mereka  disebut terlalu individualis. Kebiasaaan orang desa yang disebut ramah,  semangat untuk saling mengenal dan menyapa, berbagi, dan sejenisnya sudah semakin  tidak dimiliki lagi.  Sikap seperti digambarkan tersebut, bagi orang desa dianggap tidak biasa.  Tradisi orang desa biasanya  selalu  menjalin hubungan  satu dengan lainnya secara dekat. Ketika bertemu, mereka  selalu menyapa, menanyakan keadaannya, dan bahkan juga saling tolong menolong, kerjasama tanpa dibarengi suasana transaksional.

 

Pergaulan di  pedesaan yang sudah dianggap indah kemudian dirasakan berubah mengkota dimaksud melahirkan kekhawatiran dari sementara kalangan.  Kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap orang-orang kota diharapkan tidak mengubah prilaku masyarakat, apalagi terhadap mereka yang berada di pedesaan.  Sebutan sebagai masyarakat yang ramah, selalu menghargai orang lain, dan sebagainya adalah  dirasakan sebagai gambaran masyarakat pedesaan yang dipelihara dan dijunjung tinggi.

 

Tardisi mudik, baik  disadari atau tidak,  diharapkan mengingatkan pada tradisi lama yang dianggap ideal dimaksud. Orang yang berhijrah ke kota dan kemudian melakukan adaptasi dengan masyarakat modern tersebut, melalui tradisi mudik yang sebenarnya tidak murah  dan juga tidak mudah dijalani tersebut akan sangat menguntungkan manakala mampu mengingatkan kembali nilai-nilai pedesaan yang sebenarnya dianggap unggul. Bukan sebaliknya, yaitu justru membawa tradisi yang dianggap rendah. Misalnya, ketika bertemu saja tidak saling menyapa, atau bahkan bersinggungan badan ketika sedang shalat berjama’ah saja tidak saling mengenal, apalagi menghormati dan mengulurkan bantuannya.

 

Oleh karena itu, tradisi mudik sebenarnya memiliki arti yang mendalam, terutama terkait dengan pelaksanaan komunikasi di antara sesama. Melalui kegiatan  tahunan dimaksud seharusnya mengingatkan kembali tentang betapa pentingnya antar sesama terpelihara  hubungan yang dekat. Manakala antar manusia sudah menjauh dan bersifat individualistik, maka sebenarnya tidak ada lagi sesuatu yang dinikmati.  Manusia tidak saja membutuhkan uang, harta, atau hal lain yang bersifat material, tetapi  juga nilai-nilai yang lebih tinggi, ialah kehangatan dalam pergaulan dengan sesama dan bahkan juga dengan Tuhannya.

Kemana dan Siapa Pimpinan kita?

Oleh: M Saiful Hadi

Tangkup kepemimpinan pada salah satu organisasi pergerakan yang saya ikuti yaitu IMM cabang Djazman Al-Kindi Yogyakarta sudah semakin dekat pelaksanaannya, yaitu akan dilaksanakan pada awal  bulan September 2017, sayapun saat menulis tulisan ini belum tau dimana musycab itu akan dilaksanakan. Beberapa perbincangan terkait dengan pelaksanaan musycab sudah mulai ramai. Beberapa teman teman sudah menurunkan opini, baik melalui lisan ataupun tulisan.

 

Selain itu kepanitiaan juga sudah dibentuk, sebagai pelaksananya. Selain itu, para pimpinan di tingkat cabang, mereka  sudah melalukan pembicaraan terkait dengan kegiatan besar itu.  Sosialisasi tentang pelaksanaan musycab,  sudah dilakukan di mana-mana.

 

Demikian pula  pembicaraan tentang siapa yang akan ditampilkan menjadi piimpinan cabang ke depan, baik pada tingkatan komisariat, koorkom dan individu bahkan kelompok-kelompok tertentu sudah terdengar. Sudah pasti, dalam organisasi  yang memiliki anggota dan simpatisan  hingga  juta orang, posisi pimpinan akan menjadi sesuatu yang dipandang amat penting untuk dibicarakan secara saksama. Banyak pimpinan yang memiliki keinginan  terkait dengan siapa  yang dianggap tepat memimpin organisasi yang semakin ke depan semakin maju ini.

 

Memang rupanya tidak terlalu mudah untuk menentukan siapa sebenarnya  orang yang dianggap cocok untuk memimpin organisasi yang memiliki banyak potensi sebagai salah satu ortom dari Muhammadiyah organisasi islam terbesar di Indonesia selain NU. Mungkin saja, orang mengira bahwa, organisasi yang di dalamnya terdapat banyak cendekiawan ini  tidak terlalu sulit dalam menentukan pimpinannya. Dalam dunia kyai, seseorang tidak boleh mencalonkan diri sebagai pemimpin. Jika hal itu dilakukan, khawatir disebut sebagai kurang mampu menjaga  tata krama kepemimpinan.

 

Pembicaraan yang berkembang terkait dengan pemilihan pimpinan cabang IMM pada muscab mendatang adalah menunjuk formatur yang disebut dengan ahlul halli  wal aqdi yang berjumlah 13 orang. Masing-masing pihak yang  memiliki pandangan berbeda itu saling mencari legitimasi atau alasan yang sekiranya dianggap kuat  dan bisa diterima.

 

Setiap organisasi,  pasti memiliki keinginan untuk menjadi semakin maju.  Oleh karena zaman ini selalu berubah, dan   ternyata perubahan itu semakin cepat, maka  organisasi ini ke depan pasti akan mendapatkan tantangan  baru yang bisa jadi bentuknya berbeda dari sebelumnya.  Semua akibat dan arah perubahan, baik terkait dengan politik, ekonomi, pendidikan, social, budaya, ilmu pengetahuan dan juga teknologi seharusnya berhasil dibaca secara cermat. Kemampuan membaca itu merupakan keharusan bagi pemimpin apapun, tidak terkecuali pemimpin ke depan.

 

Memperhatikan kenyataan itu, tidak lagi sebatas mengurus para anggotanya saja, tetapi sudah sangat kompleks. Bermacam-macam masalah politik, ekonomi, Pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan juga teknologi dan sekian banyak permasalahan masa depan yang belum kita ketahui itu pasti memerlukan figur atau sosok kepemimpinan tersendiri, dan berada   pada  perubahan yang semakin cepat, tetapi juga oleh karena IMM cabang Djazman Al-Kindi  dituntut untuk membawa tangkup kepemimpinan dan umat menjadi  semakin maju tanpa kehilangan jati dirinya.

 

Tampak sekali bahwa sebenarnya IMM telah menyadari atas terjadinya perubahan yang  tidak pernah henti, dan  terjadi  dari waktu ke waktu.  Untuk mengantisipasi perubahan itu, IMM telah memiliki jawaban atas perubahan itu. Jawaban atas perubahan ini masih perlu dirumuskan lagi  secara tepat. Oleh  karena itu, menjelang muscab seperti sekarang ini, hal yang perlu dipikirkan  bersama di saat berada pada perubahan yang semakin cepat seperti sekarang ini adalah,  tidak saja menjawab IMM cabang Djazman Al-Kindi akan dipimpin oleh siapa, tetapi  yang tidak kurang pentingnya lagi adalah IMM cabang Djazman Al-Kindi ke depan akan dipimpin ke mana.

Pilihan ber-IMM

Oleh : M Saiful Hadi

 Zaman telah berubah. Generasi datang silih berganti. Namun satu yang pasti, gerakan mahasiswa dari zaman ke zaman tetaplah menjadi garda terdepan sebagai gerakan perubahan pendobrak dan penyuara kebenaran.

Membicarakan gerakan mahasiswa tidak lepas dari semangat perubahan yang sudah bulat ini sebagai identitas mahasiswa. Justru terasa aneh jika identitas itu lantas tak lagi terasa dalam gerakan mahasiswa.

Gerakan mahasiswa pada zamannya tentu saja memiliki ragam masalah yang berbeda. Berhenti pada satu zaman dengan mengenang kejayaan gerakan mahasiswa cukuplah menjadi romantisme masa lalu sebagai penyemangat bahwa pada masanya di setiap zaman, di setiap rezim gerakan mahasiswa berdiri tegak sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.

Negeri ini butuh perubahan. Mahasiswa sebagai kaum intelektual merupakan satu-satunya pihak yang masih dipercaya rakyat guna menyampaikan aspirasi mereka kepada para penguasa. Buka mata, buka telinga, buka hati dan bergeraklah. Pergerakan mahasiswa tidak boleh mati agar kedzaliman tidak menjadi-jadi.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ) sebagai wadah kadersasi Muhammadiyah di basis mahasiswa agar dapat merealisasikan cita-citanya, yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Yang barang tentu memiliki potensi lebih ketika dihadapkan dengan persoalan keumatan serta kebangsaan.

Memaknai lagu IMM cukup untuk memotivasi semangat ber-IMM. Dalam lirik Mars IMM ada kalimat “Kitalah Cendekiawan Berpribadi”. Lirik ini merupakan persyaratan yang berisi identitas diri dan harapan masa depan. Apalagi dikaitkan dengan “Pewaris Tampuk Pimpinan Umat Nanti”. Cendekiawan itu kelak akan menjadi pimpinan umat.

Perlu mengingatkan tentang motto kader IMM “Dimanapun Engkau Berada Hendaklah Jadi Seorang Da’i”. Harapannya adalah bahwa dengan berkedudukan sebagai seorang da’i, ia akan bisa memimpin, sedangkan pemimpin belum tentu ia mampu berperan sebagai da’i. Disinilah keunggulan IMM.

Aktivitas dalam menggerakan roda persyarikatan mampu dalam peran keumatan kiranya tetap dibarengi oleh performance sebagai cendekiawan muslim yang berintegritas tinggi. Selalu mendahulukan nilai-nilai kesusilaan, kecakapan, dan ketakwaan kepada Tuhan. Beramal dan berjuang untuk agama, bangsa dan negara. Tidak terjebak dalam pusaran pragmatism kehidupan, karena dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Begitu firman Allah mengingatkan. Saatnya berprestasi dan meningkatkan kontribusi, jauhi basa-basi dan ambivalensi. Ayolah ayo…sejarah umat telah menuntut bukti..!

Sungguh tidak mudah, tetapi jangan disepelekan. Menjadi IMM adalah pilihan, bukan kebetulan. Artinya, menjadi seorang intelektual memerlukan proses sadar yang tak boleh disia-siakan. Menjadi kader terpilih, IMM secara garis besar memilki tanggungjawab yang tidak ringan. Tercantum dalam trilogi IMM Intelektualitas, Religiusitas, dan Humanitas sebagai langkah gerak kader – kader ikatan dan di kembangkan untuk menjadi pelopor dalam berbagai lini masyarakat atau umat.

 

Sumber pustaka :

  1. Fokal IMM Jawa Barat. 2016. Dalam Kenangan dan Harapan Lintas Generasi: Menyegarkan Intelektualisme IMM. Jawa Barat: DPD IMM Jawa Barat dan Ar-Rafi

Menyambut Mahasiswa Baru

Oleh : M Saiful Hadi

 Ketika mereka bertanya kepadamu tentang semangat? Jawablah bahwa bara itu masih tersemat dalam dadamu, bahwa api itu masih bersemayam dalam dirimu, bahwa matahari itu masih terbit dari hatimu, bahwa letupan itu siap meledak dalam duniamu. Katakan itu pada mereka, orang-orang yang ragu akan kemampuanmu, buktikan bahwa raksasa itu adalah dirimu. Kaulah pemuda pewaris negeri, pewaris peradaban.

 

Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda bisa merubah dunia. (Ir. Soekarno) Pemuda sebagai tonggak kemajuan sebuah bangsa. Mahasiswa sebagai Pemuda yang seutuhnya adalah agent of change, agen perubahan yang menentukan ke arah mana Bangsa itu akan dibawa. Sebagai mahasiswa kita harus memberikan yang terbaik untuk Bangsa Indonesia tercinta. Marilah Merubah bangsa kita! Mulailah dari diri kita sendiri, mulailah dari hal yang kecil, dan mulailah sekarang juga.1

 

Menyaksikan anak-anak muda yang sedang bergembira dan tampak bersyukur oleh karena statusnya yang baru, yaitu sebagai mahasiswa perguruan tinggi Islam. Pasti mereka menyadari bahwa tidak semua generasi seusianya berhasil meraih status itu. Ketika mahasiswa baru memilih kuliah di perguruan tinggi Islam ini memang sesuai dengan cita-citanya, yaitu agar kelak menjadi sarjana yang tidak saja menguasai disiplin ilmu pilihannya, tetapi juga memahami agamanya yang bersumber dari al Qur’an dan Hadits. Atas kemampuannya itu, menjadikan mereka pantas disebut sebagai seorang ulama dan sekaligus cendekawan, dan atau  cendekiawan yang memilik wawasan seperti ulama.

 

Namun disadari bahwa kualitas hasil pendidikan tidak saja bisa dibentuk atau ditentukan oleh sarana dan prasarana, tenaga dosen, dan perangkat lainnya, melainkan yang justru lebih penting lagi adalah oleh faktor mahasiswa yang bersangkutan. Seperti apapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, kualitas para dosen yang sehari-hari membimbing, dan keberadaan berbagai pendukung lainnya, manakala mahasiswanya tidak bersemangat, tidak menyandang jiwa pemenang dan sukses di masa depan, maka semua yang tersedia itu tidak akan banyak maknanya. Yakinilah bahwa, kesuksesan itu selalu bergantung pada kesungguhan usaha masing-masing orang. Jika mahasiswanya yang belajar di kampus ini hanya sebatas berorientasi mengejar aspek formalnya, misalnya agar lulus ujian, mendapatkan ijazah dan gelar, maka yang diperoleh juga hanya sebatas yang dikehendakinya itu, tidak lebih dan tidak kurang.

 

Pada saat awal menjadi mahasiswa baru seperti sekarang ini, sudah barang tentu, semuanya pasti telah memiliki semangat, etos, cita-cita, dan jiwa pemenang masa depan. Tanpa diberi motivasi dan arahan, sebenarnya tekat itu sudah ada di dalam hati mereka masing-masing. Mereka sudah membayangkan, bahwa tiga atau empat tahun ke depan, dirinya akan berubah status lagi, yaitu menjadi seorang sarjana sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Di dalam hati mereka juga sudah terbayang, bahwa alangkah bahagianya kedua orang tua dan saudara-saudaranya, ketika kelak dinyatakan lulus dari kampus Islam ini. Kegembiraan dan kebanggaan juga akan dirasakan oleh para keluarganya, guru-guru yang selama itu telah mengasuhnya, dan juga tidak terkecuali oleh Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta itu sendiri. Bagi kampus ini, mahasiswa baru, selalu dipandang bagaikan bibit tanaman. Siapapun yang menanam pasti berkeinginan agar bibit dimaksud tumbuh subur dan kelak bermanfaat bagi kehidupan dan atau banyak orang.

 

Menjadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta diakui bahwa bebannya memang lebih dibanding dari mahasiswa perguruan tinggi lain pada umumnya. Identitas Islam yang disandangnya bukan sekedar nama atau pembeda dari nama yang lain, tetapi nama itu mengandung pesan mendalam. Identitas Islam diterjemahkan sebagai gambaran tentang ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kampus ini. Kampus yang menggunakan motto “Moral Intelektual dan Integritas”, serta visinya “Menjadi perguruan tinggi yang diakui secara internasional, dan dijiwai nilai-nilai Islam. Berbicara tentang integritas berarti berbicara tentang konsistensi antara dua hal, yaitu pikiran dan tindakan, dalam bentuk pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan melibatkan proses penalaran yang di dalamnya mengolaborasi kesadaran moral dan kemampuan moral kognitif seseorang yang pada akhirnya diwujudkan di dalam proses tindakan sebagai bentuk implementasi keputusan yang diambil. Integritas harus dimaknai sebagai loyalitas kepada prinsip dan nilai moral universal, dan bukan kepada prinsip dan nilai moral yang dipegang pada taraf individu, organisasi, ataupun masyarakat.

 

Sumber ilmu bukan saja hasil observasi, eksperimentasi dan penalaran logis belaka, sebagaimana yang kenyataan pada umumnya, tetapi juga harus berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya secara bersama-sama dipandang sebagai sumber ilmu yang seharusnya dikaji secara luas dan mendalam. Itulah sebabnya, mahasiswa perguruan tinggi Islam ini disebut bahwa, bebannya lebih berat. Mereka dituntut memahami al Qur’an dan Hadits.

 

Oleh karena itu yang diperlukan bagi mahasiswa hari ini dan selanjutnya adalah merawat semangat yang sudah tumbuh tersebut. Sedangkan cara terbaik untuk merawatnya adalah melalui tradisi, kultur, dan atau budaya. Bagi siapapun yang ingin sukses maka harus mampu membangun budaya sukses. Demikian pula, mahasiswa menjadi sukses, yaitu sebagai seorang cendekiawan, maka hanya akan berhasil diraih melalui budaya yang sesuai dengan ciri khasnya. Manusia menciptakan kebudayaan dengan segala unsurnya (ilmu, teknologi, seni, dan sebagainya) agar mampu mengelola alam itu dengan sebaik-baiknya. Tersirat dari firman Allah (Q.S. Hud. 61), “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya”. Artinya manusia berfungsi sebagai pemimpin atau penguasa, sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Maka semangat yang terbangun pada hari ini, akan membuahkan hasil maksimal karena hasil tidak akan pernah menghianati sebuah usaha.

Sumber :

  1. Bedenai Info. (2014, 03 November)Orasi BEM. Diperoleh 29 Juli 2017, dari : https://bedenai.blogspot.co.id/2014/11/kata-sambutan-ketua-bem-penyambutan.html