Paham Agama dan Muhammadiyah

Oleh : @alfaza

“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).”

Sebuah kalimat dari Rasulullah saw. yang beliau tuturkan kepada seorang Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu. Sebuah kalimat yang menunjukan betapa pentingnya akan pemahaman seorang dalam beragama. Hadits yang mulia ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin, pada pembahasan “Keutamaan Ilmu” mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama.

Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.”

Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaani berkata: “Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya.”

Manusia adalah mahluk hidup yang unik, memiliki kelebihan akal, sehingga ketika manusia mampu mempergunakan akalnya dengan maksimal dia bahkan bisa lebih baik dari malaikat (dalam pemahaman agama malaikat adalah makhluk yang selalu taat dan patuh, tidak pernah membantah). Namun sebaliknya, jika manusia tidak mampu mempergunakan akalnya dengan baik maka dia bahkan lebih hina dari binatang.

Prinsip dasar kehidupan sebagai satu pondasi dasar untuk memaksimalkan penggunaan akal manusia. Manusia dianjurkan untuk berpikir tentang penciptaan Alam semesta, pergantian siang dan malam, knapa dan mengapa manusia itu diciptakan, apakah ada manusia yang tidak akan meninggal dan manusia akan kekal hidup abadi, apakah ada hari pembalasan itu, apakah ada kehidupan setelah mati, dan tentunya masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan lain yang menantang manusia untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Agama sebagai sebuah jawaban terhadap kebutuhan akal akan pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar. Secerdas apapun manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan mampu menjawab dengan pasti pertanyaan : darimana ia berasal, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini dan untuk apa ia hidup. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak mengherankan jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hanya didasarkan pada asumsi-asumsi dan prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an.

Muhammadiyah adalah salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Faktor utama kelahiran Muhammadiyah tidak lain karena didorong oleh paham agama. Identitas Muhammadiyah terangkai melalui sebuah langkah penghayatan agama, pengamalan agama, dan perjuangan agama, maka bentuk identitas Muhammadiyah adalah agama.

Pemahaman seseorang terhadap agama yaitu agama islam sebenarnya menjadi sebuah langkah awal dalam memahami Muhammadiyah. Oleh larena itu, untuk dapat memahami Muhammadiyah yang sebenarnya harus dimulai dari memahami Islam yang sebenarnya. Sanggup menghayati Islam yang sebenarnya dan bersemangat untuk memperjuangkan Islam yang sebenarnya. Jikalau orang hendak memahami Muhammadiyah akan tetapi tidak berangkat dari pemahaman yang semacam itu, maka ia hanya akan menemukan Muhammadiyah sebagai organisasi, tidak bakal mengenali idealismenya. Muhammadiyah, sebenarnya adalah wujud pemahaman tentang agama dan wujud pengamalan agama itu sendiri.

Paham Agama dan Muhammadiyah

 

“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).”

Sebuah kalimat dari Rasulullah saw. yang beliau tuturkan kepada seorang Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu. Sebuah kalimat yang menunjukan betapa pentingnya akan pemahaman seorang dalam beragama. Hadits yang mulia ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan ilmu agama dan keutamaan bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin, pada pembahasan “Keutamaan Ilmu” mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama.

Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu.”

Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalaani berkata: “Dalam hadits ini terdapat keterangan yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya.”

Manusia adalah mahluk hidup yang unik, memiliki kelebihan akal, sehingga ketika manusia mampu mempergunakan akalnya dengan maksimal dia bahkan bisa lebih baik dari malaikat (dalam pemahaman agama malaikat adalah makhluk yang selalu taat dan patuh, tidak pernah membantah). Namun sebaliknya, jika manusia tidak mampu mempergunakan akalnya dengan baik maka dia bahkan lebih hina dari binatang.

Prinsip dasar kehidupan sebagai satu pondasi dasar untuk memaksimalkan penggunaan akal manusia. Manusia dianjurkan untuk berpikir tentang penciptaan Alam semesta, pergantian siang dan malam, knapa dan mengapa manusia itu diciptakan, apakah ada manusia yang tidak akan meninggal dan manusia akan kekal hidup abadi, apakah ada hari pembalasan itu, apakah ada kehidupan setelah mati, dan tentunya masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan lain yang menantang manusia untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Agama sebagai sebuah jawaban terhadap kebutuhan akal akan pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar. Secerdas apapun manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan mampu menjawab dengan pasti pertanyaan : darimana ia berasal, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini dan untuk apa ia hidup. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak mengherankan jika jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi karena jawaban- jawaban yang mereka berikan hanya didasarkan pada asumsi-asumsi dan prasangka. Jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan melui agama dan itu pun tidak semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah berasal dari Tuhan yang menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah yang mempunyai sumber autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an.

Muhammadiyah adalah salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Faktor utama kelahiran Muhammadiyah tidak lain karena didorong oleh paham agama. Identitas Muhammadiyah terangkai melalui sebuah langkah penghayatan agama, pengamalan agama, dan perjuangan agama, maka bentuk identitas Muhammadiyah adalah agama.

Pemahaman seseorang terhadap agama yaitu agama islam sebenarnya menjadi sebuah langkah awal dalam memahami Muhammadiyah. Oleh larena itu, untuk dapat memahami Muhammadiyah yang sebenarnya harus dimulai dari memahami Islam yang sebenarnya. Sanggup menghayati Islam yang sebenarnya dan bersemangat untuk memperjuangkan Islam yang sebenarnya. Jikalau orang hendak memahami Muhammadiyah akan tetapi tidak berangkat dari pemahaman yang semacam itu, maka ia hanya akan menemukan Muhammadiyah sebagai organisasi, tidak bakal mengenali idealismenya. Muhammadiyah, sebenarnya adalah wujud pemahaman tentang agama dan wujud pengamalan agama itu sendiri.

Lelah Lillah

Oleh : @alfaza

Ada yang berbisik mengeluh ingin mundur dan jatuh, dia berkata lelah.

Ada yang lelah, pikirannya penat, ia berkata kuat, lelah liLLah.

Dunia memang tempat untuk berlelah-lelah. Saat kita melakukan banyak aktivitas, saat banyak kegiatan yang harus dilalui, mungkin tubuh dan pikiran tak selalu kuat seperti yang kita harapkan. Kadang terasa lelah sekali untuk melangkah, kadang merasa tak ada semangat untuk berjuang, sering kali muncul pikiran jenuh dengan semua rutinitas keseharian.

Namun, apakah lelah kita tak berarti kawan ? Dunia adalah tempat dengan berbagai hiruk pikuk di dalamnya. Setiap insan bebas mengambil ‘peran’ sesuai keinginan dan kemampuannya. Hanya saja yang mesti diingat adalah setiap peran yang diambil itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala.

LiLLah atau lilmar’ah ? Untuk Allah atau untuk ciptaan Allah ? Kuliah, berorganisasi, bersosial, dan aktivitas yang lain, sudahkah itu kita niatkan untuk Allah ? Tiada lelah tanpa pahala jika itu liLLah. Kelelahan yang hadir semoga dinilai kebaikan, jika kita melakukkannya karena Allah Ta’ala.

Pagi berangkat kuliah, sore rapat, malam kerja kelompok, dan seterusnya, alangkah luar biasa jika setiap langkah yang kita pijakkan di dunia ini, kita niatkan ikhlas untuk Allah swt. Maha Pemurah Allah swt. berjuta pahala akan dimaktubkan oleh sang Raqib jika niat kita benar.

“Tidaklah rasa lelah, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatiran, rasa sedih, gangguan, kesusahan yang menimpa seorang Muslim sampai duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari Muslim)

            Indah nian kehidupan seorang muslim. Betapa pun banyak kelelahan yang dirasakan, semua itu akan bernilai pahala dan berbuah pengapusan segala dosanya selama ia menerima ujian itu dengan Lillah (karena Allah). Inilah konsekuensi hidup seorang Muslim. Apa pun yang terjadi dan dialaminya, selama ia bisa menerimanya dengan Lillah, maka semua itu akan menjadi perantara baginya untuk mendapatkan berjuta kebaikan dari Allah Ta’ala.

Jalan Hidup ini bukanlah jalan yang terlampau di kanan dan kirinya taman bunga kian elok berwana-warni nan indah …

Akan tetapi jalan yg terjal penuh perjuangan, rintangan, kepenatan dan air mata . .

Tidak masalah…!!!  karena ujung jalan ini bermuara jelas surga Allah ta’ala terkhusus bagi yang konsisten berpijak di atas syariat-Nya.

Peluh perjuangan semoga Allah gantikan dengan nikmatnya air telaga dari sungai Al-kautsar, digantikan dengan Jannah nantinya yang telah Allah siapkan di yaumul Qiyamah.